Cakupan Imunisasi Anak di Aceh Masih Rendah

Imunisasi (Ilustrasi) (Foto: Shutterstock)

AV-Banda Aceh: Cakupan imunisasi pada anak di Provinsi Aceh selama tiga tahun terakhir menurun drastis. Bahkan Aceh menempati peringkat ketiga cakupan imunisasi terendah secara nasional.

Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh, Taqwallah, mengatakan, rendahnya cakupan imunisasi tersebut berdampak terhadap meningkatnya jumlah anak di Aceh yang mengalami penyakit menular seperti campak, rubella dan hepatitis.

“Banyak anak meninggal akibat berbagai penyakit yang seharusnya bisa dicegah dengan adanya imunisasi, kita harus menyukseskan imunisasi anak sebagaimana suksesnya vaksin Covid-19,” kata Taqwallah kepada seluruh peserta zikir rutin yang ikut secara virtual, dari RSUDZA, Jumat, (27/5/2022).

Taqwallah meminta semua aparatur Pemerintah Aceh untuk menyukseskan imunisasi anak di Aceh. Ia juga mengajak mereka yang memiliki anak untuk melakukan imunisasi sesuai tahapan waktunya ke fasilitas layanan kesehatan terdekat.

Taqwallah menyayangkan banyaknya kabar bohong seputaran imunisasi anak di media sosial.

Hal tersebut berdampak pada menurunnya presentase anak yang diimunisasi. Padahal menurut Sekda Aceh itu, anak yang sehat begitu penting dipersiapkan untuk generasi bangsa yang mendatang.

Lebih lanjut, Taqwallah mengajak semua pihak untuk menyukseskan program pemerintah berupa Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) dengan datang membawa anak berusia 9 bulan sampai 15 tahun ke fasilitas kesehatan terdekat.

Nantinya anak akan diberikan imunisasi untuk mencegah penyakit campak-rubella, Polio, difteri, pertusis, tetanus dan hepatitis.

Kepala Dinas Kesehatan Aceh, Hanif mengatakan, BIAN perlu dilaksanakan untuk mengeliminasi penyakit menular pada anak di tahun 2023. Ia mengatakan, cakupan imunisasi rutin di Aceh mengalami penurunan hingga menyebabkan meningkatnya kasus.

“Masyarakat dapat mengakses imunisasi anak ke fasilitas kesehatan terdekat seperti puskesmas, rumah sakit pemerintah, rumah sakit swasta, klinik, praktik bidan dan pos pelayanan di sekolah dan dayah,” sebut Hanif.

Dalam kesempatan tersebut, Sekda Aceh juga menghadirkan salah satu orang tua dari anak korban penyakit menular akibat tidak melakukan vaksinasi.

Sekda memintanya untuk membagi cerita kepada seluruh peserta zikir, agar menjadi pelajaran dan pengalaman betapa pentingnya imunisasi anak.

Adalah Leni Safitri, ia adalah ibu dari anak laki-laki yang berumur dua bulan setengah. Ia harus kehilangan buah hati tercintanya itu akibat penyakit Pertusis yang menyerang. Ia tak mampu membendung tangisan saat menceritakan hal tersebut, hingga suaranya terbata-bata saat menceritakan anaknya.

“Pada tanggal 21 April 2022 anak saya dirawat di RSUDZA. Sebelumnya dirawat di RS Ibnu Sina Aceh Besar karena demam, batuk terus menerus tidak berhenti selama 8 hari kemudian mengalami sesak napas. Selama dirawat anak saya sempat kejang beberapa kali. Setelah dirawat 3 hari, sesaknya makin berat, sehingga dirujuk ke RSUDZA,” kata Leni.

Oleh sebab kondisi anaknya semakin berat, kata Leni, maka dirawat di ICU anak sampai harus memakai alat bantu pernapasan. Kata dokter anaknya mengalami penyakit pertusis yaitu batuk sampai seratus hari hingga sesak napas.

“Menurut dokter, penyakit ini bisa dicegah dengan imunisasi. Anak saya memang tidak saya imunisasi karena saya takut anak saya demam setelah di imunisasi,” kata Leni.

Leni berharap tidak ada lagi orang tua yang mengalami kejadian seperti yang dialaminya. Oleh karenanya, ia mengajak semua pihak berikhtiar dengan melakukan imunisasi untuk anak-anak , agar mereka terhindar dari penyakit berbahaya. Sehingga bisa tetap sehat, tumbuh dewasa, berguna bagi keluarga, agama, bangsa dan negara. []

Berita Lain: