KLB Infeksi Difteri di Aceh Masih Tinggi

Sebanyak 5 orang pasien difteri masih mendapatkan perawatan di ruang isolasi Rumah Sakit Zainal Abidin (RSUZA) Banda Aceh. Bahkan, sejak Januari hingga Februari 2017, dilaporkan 17 pasien telah menjalani perawatan dan dua diantaranya meninggal dunia. (foto:acehvideo/mulyadi)

AV – Banda Aceh: Sebanyak 5 orang pasien difteri masih mendapatkan perawatan di ruang isolasi Rumah Sakit Zainal Abidin (RSUZA) Banda Aceh. Bahkan, sejak Januari hingga Februari 2017, dilaporkan 17 pasien telah menjalani perawatan dan dua diantaranya meninggal dunia.

Wakil Direktur Pelayanan RSUZA, Banda Aceh, dr.Azharuddin, Senin (20/2) mengatakan, sepanjang Januari 2017 ada 17 pasien suspect difteri yang menjalani perawatan di RSUZA. Bahkan dua diantaranya meninggal dunia karena terinfeksi berat.

“Penderita infeksi Difteri masih tinggi di Aceh. Dari 17 pasien yang dirawat, 2 meninggal dunia dan lima pasien lainnya sudah dinyatakan membaik serta sudah dipulangkan,” katanya.

Azharuddin menjelaskan, penyakit  Difteri di  Aceh merupakan salah satu penyakit yang dikategorikan Kejadian Luar Biasa (KLB).

“Ini merupakan kasus yang menyita perhatian kami, karena Difteri ini, satu saja ada kasus maka disebut luar biasa,” sebutnya.

Sedangkan, 5 pasien yang terkena penyakit Difteri sedang menjalani perawatan intensif di ruang RSCU (Ruang Isolasi). Kemudian, dua yang telah meninggal dunia merupakan anak-anak berumur 7 tahun asal Aceh Tamiang.

Ia menambahkan, Provinsi Aceh merupakan salah satu daerah tingkat cakupan imunisasi rendah. Dari 23 Kabupaten/kota di Aceh yang paling banyak mengindap penyakit Difteri adalah dari wilayah Aceh Timur dan Aceh Utara.

“Pasien yang dirawat di RSUZA merupakan rujukan dari rumah sakit dari berbagai daerah di Aceh, seperti di Aceh Utara, Aceh Timur, Pidie dan Pidie Jaya. Jadi, kami mengingatkan masyarakat betapa pentingnya program imunisasi  agar menimbulkan kekebalan tubuh,” terangnya.

Ia menjelaskan, penyakit difteri termasuk infeksi serius dan dapat menular sehingga dapat mengancam jiwa jika tidak ditanggani serius. Dimana penyakit tersebut menyerang selaput lendir pada hidung, tenggorokan dan juga mempengaruhi kulit.

“Kami prihatin untuk kondisi di Aceh karena masih tinggi infeksi difteri. Sedangkan di daerah lain luar Aceh mungkin sudah hilang sama sekali, tetapi di Aceh masih kejadian luar biasa,” pungkasnya.

Sebelumnya, dilaporkan sebanyak 15 siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Insan Cendekia, Kecamatan Idi Rayeuk, Kabupaten Aceh Timur, dirawat di sejumlah rumah sakit karena terjangkit difteri. Bahkan, 2 orang diantaranya harus dirujuk ke Rumah Sakit Adam Malik di Sumatera Utara karena kondisinya semakin kritis. (Mulya)