Konflik Gajah dengan Manusia di Aceh Meningkat

AV-Banda Aceh: Gangguan gajah liar di sejumlah wilayah di Provinsi Aceh terus terjadi. Gajah kerap turun ke permukiman warga merusak tanaman dan rumah penduduk. Akibanya warga mulai takut ke kebun dan sawah karena khawatir diserang gajah.

Di beberapa wilayah petugas dari pusat pemantauan gajah atau Convervation Respon Unit (CRU) bersama warga mengusir gajah agar kembali ke hutan.

Selain melibatkan gajah jinak, warga dibekali mercon untuk menghalau gajah agar kembali ke hutan.

Data Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh menyebutkan, konflik gajah di Aceh lima tahun terakhir mengalami peningkatan akibat habitat gajah yang semakin berkurang.

Gajah Liar Masuk Pekarangan Sekolah di Pintu Rime Gayo

BKSDA Aceh mencatat, tahun 2015 konflik gajah manusia sebanyak 39 kasus. Naik menjadi 44 kali pada tahun 2016.  Konflik gajah kembali  meningkat pada tahun 2017 menjadi 103 kasus.  Meski sempat turun pada tahun 2018 yang mencapai 73 kasus,  namun  kembali meningkat pada 2019 sebanyak 107 kasus.

“Konflik satwa semakin meningkat selama 5 tahun terakhir. Meningkat ini juga ditambah tidak ada strategi khusus penanganan konflik,” kata Agus dalam diskusi yang berlangsung di salah satu warung kopi di Kota Banda Aceh, Kamis (16/1/2010).

Gajah Kembali Ditemukan Mati di Aceh Timur

Menurutnya, konflik gajah dengan manusia terjadi akibat habitat gajah semakin berkurang. Saat ini 85 persen populasigajah berada di luar kawasan konservasi, bahkan sudah berada di luar kawasan hutan. Sedangkan 38 gajah mati sepanjang tahun 2016 hingga 2020.  Akibat konfik dengan manusia, perburuan dan mati karena faktor alam. (HD)