Nova Klaim Capaian Program Aceh Meulaot Memuaskan, Bagaimana Pendapatan Nelayan?

(Dok: dkp.acehprov.go.id)

AV-Banda Aceh: Gubernur Aceh Nova Iriansyah memaparkan sejumlah capaian positif sektor kelautan dan perikanan Aceh selama periode 2017-2021 tertuang dalam program ‘Aceh Meulaot’. Adapun beberapa indikator kinerja utama pada sektor kelautan dan perikanan yang menjadi tolok ukur capaian target pembangunan Aceh.

“Di antaranya, rasio Nilai Tukar Nelayan Aceh menunjukkan perkembangan signifikan setiap tahun, dalam kisaran antara 97,17 hingga 105,07. Capaian ini menegaskan bahwa terdapat perubahan positif pada pendapatan nelayan,” kata Nova dalam Rapat Koordinasi (Rakor) Pembangunan Kelautan dan Perikanan Aceh di Hotel Grand Nanggroe, Banda Aceh, Selasa (1/3).

Produksi perikanan disebut mencapai 352 ribu ton pada tahun 2021, dengan kenaikan rata-rata 1,15% per tahun, dengan kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto Aceh sebesar 5,25%.

Indikator lain, angka konsumsi ikan sebesar 59,85 kilogram per kapita per tahun, naik dari awal tahun 2017 sebesar 51,4 kilogram per kapita per tahun. Proporsi tangkapan ikan dalam batasan biologis yang aman, juga disebut ikut naik dari tahun ke tahun, dari 76,35 persen pada 2017 hingga mencapai 104,02% pada 2021.

“Terakhir, nilai ekspor hasil perikanan bergerak fluktuatif mengikuti perkembangan nilai tukar rupiah. Selama periode 2017-2021, angka terbesar adalah 3,9 juta USD pada 2017 dan terkecil 1,8 juta USD pada 2020, mengalami kenaikan pada tahun 2021 sebesar 2 juta USD,” kata Nova.

Sementara kontribusi sektor perikanan terhadap PDRB Aceh selama 10 tahun terakhir masih berkisar pada rentang 4,47–5,25%, tetapi terlihat adanya tren peningkatan sejak 2017-2021. Hal ini disebut menunjukkan sektor perikanan berpotensi memiliki kekuatan penuh.

Selain itu, produksi perikanan budidaya dan perikanan tangkap pada 2021 juga disebut meningkat, di tengah dekonstruksi kapal perikanan. Meskipun fenomena produksi relatif konstan pada periode 2017-2021, tetapi dikatakan dapat menjadi tolok ukur bahwa potensi stok ikan dan area budidaya masih dapat dioptimalkan pemanfaatannya.

Peningkatan produksi ikan tangkap dan budidaya juga disebut mendorong tumbuhnya konsumsi ikan dalam negeri, seiring dengan stagnasi ekspor hasil perikanan.

“Meskipun terjadi penurunan aktivitas ekspor perikanan sejak pandemi Covid-19, yang berlangsung pada awal 2020 dan turut mempengaruhi neraca ekspor, kondisi ini menunjukkan masih terdapat cukup ruang pertumbuhan dalam sektor kelautan dan perikanan di Aceh,” kata Nova.

Gubernur Aceh itu juga menjelaskan, capaian pembangunan di Aceh merata dari semua sisi. Aceh sebagai provinsi yang memiliki wilayah kepulauan, disebut tidak melupakan tanggung jawab pembangunan di bagian ini.

Berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 6 Tahun 2017 tentang Penetapan Pulau-Pulau Kecil Terluar, dikatakan terdapat tujuh pulau yang masuk dalam wilayah administrasi Aceh. Sebagai upaya memajukan wilayah kepulauan, kata Nova, Pemerintah Aceh melakukan peningkatan aksesibilitas, salah satunya melalui program pengadaan Kapal Aceh Hebat.

Selain itu, cita-cita membangun industri maritim juga menjadi upaya penuh Pemerintah Aceh, dengan menjadikan Pelabuhan Perikanan Samudera Kutaraja sebagai kawasan terpadu industri perikanan, dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan ekspor hasil perikanan.

Nova juga menambahkan Pemerintah Aceh dalam berbagai kesempatan, juga senantiasa mengajak para investor agar mau berinvestasi di Aceh. Termasuk dalam memanfaatkan potensi sektor kelautan dan perikanan, baik perikanan tangkap, perikanan budidaya maupun di bidang pengolahan hasil perikanan.

Beberapa PR terkait Sektor Kelautan dan Perikanan Seiring berbagai capaian positif yang telah diperoleh, Nova juga menjelaskan terdapat beberapa hal yang masih menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi seluruh pemangku kepentingan di Aceh. Di antaranya terkait realisasi investasi di perikanan budidaya dan tangkap yang masih relatif rendah.

“PR lainnya adalah keberadaan luas kawasan konservasi perairan yang baru mencapai 149 ribu hektare, atau sekitar 53,2 persen dari target 280 ribu hektare, belum optimal bergerak meningkatkan kontribusi dari sektor ini. Masih dibutuhkan pemenuhan 131 ribu hektare untuk mencapai target pembangunan,” pungkas Nova. (RED)

Berita Lain: